Kamis, 03 Oktober 2013

TSM



Nama              : Fitriani Nur Amanah
NIM                 : F1A011054
Teori Interaksionisme Simbolik
Pengantar
Interaksionisme simbolik merupakan salah satu teori dalam Sosiologi modern yang sampai sekarang teori ini masih relevan jika diterapkan dalam kehidupan manusia bahkan cenderung mengalami perkembangan. Interaksionisme simbolik ini dapat kita jumpai dimanapun selama ada manusia yang saling berinteraksi, bahkan pernah ada perdebatan dalam diskusi tutorial mata kuliah Teori Sosiologi Modern bahwa interaksionisme simbolik ini tidak hanya terjadi antar manusia namun manusia dengan hewan atau hewan dengan hewanpun bisa mengalami interaksionisme simbolik. Bisa dikatakan demikian karena dalam interaksi yang terjadi ada symbol-simbol yang digunakan dan memiliki makna baik dipahami oleh kedua pihak atau salah satunya saja.
Pengertian interaksionisme simbolik adalah hubungan antara individu satu dengan individu lain yang mengunakan symbol-simbol. Interaksionisme simbolik merupakan pemikiran George Herbert Mead namun yang memberi nama adalah murid Mead yaitu Herbet Blumer. Dalam teori ini terdapat beberapa konsep yang perlu dipahami agar mudah untuk menerapkannya. Konsep-konsepnya adalah, diri, symbol, komunikasi, pikiran dan pengembangan diri.
Akar historis munculnya interaksionisme simbolik adalah pragmatisme dan behaviorisme, akar historis pragmatisme menekankan pada realitas atau kenyataan yang ada didunia nyata. Akar historis behaviorisme dibagi menjadi behaviorisme radikal John B. Watson dan behaviorisme social Mead. Menurut behaviorisme radikal Watson, manusia sama dengan binatang keduanya tidak memiliki perbedaan yang signifikan.  Behaviorisme radikal ini menjelaskan ketika manusia mendapatkan stimulus atau rangsangan akan langsung ditanggapi tanpa adanya jeda, seperti yang dilakukan oleh hewan. Sementara behaviorisme sosial Mead, manusia jauh berbeda dengan binatang karena ketika manusia menerima stimulus atau mendapatkan rangsangan ada jeda terlebih dahulu sebelum menanggapi stimulus tersebut.

Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam esei tentang interaksionisme ini adalah:
1.      Apakah akar historis interaksionisme simbolik masih relevan dalam kehidupan saat ini?
2.      Bagaimana pemahaman terhadap konsep-konsep yang ada di teori interaksionisme simbolik dan penerapannya dalam sebuah kasus atau contoh-contohnya?
3.      Apakah konsep pengembangan diri memiliki hubungan dengan konsep sosialisasi?
4.      Bagaimana symbol yang non signifikan jika digunakan oleh individu yang memiliki kekurangan dalam berkomunikasi secara verbal, apakah symbol non signifikan ini bisa menjadi symbol signifikan?
5.      Apakah yang menentukan sebuah symbol bisa disebut signifikan atau non signifikan?

Pembahasan
Interaksionisme simbolik memiliki dua akar historis yaitu akar historis pragmatisme  dan akar hstoris behaviorisme, akar historis behaviorisme dibagi menjadi dua lagi yaitu behaviorisme radikal dan behaviorisme social. Pengertian tentang kedua akar historis behaviorisme telah dijelaskan di pengantar yang menjadi kata kunci keduanya adalah adanya jeda dan tidak. Dalam behaviorisme radikal antara stimulus dengan tanggapan tidak memiliki jeda, namun hal ini menjadi diskusi panjang banyak pendapat yang mengatakan bahwa tetap ada jeda dalam behaviorisme radikal namun yang membedakannya dengan behaviorisme social yang mana ada jeda antara stimulus dengan tanggapan adalah waktu jeda itu lama atau tidak.
Di rumusan masalah ditanyakan apakah akar historis ini relevan jika diterapkan dalam kehidupan saat ini jawabannya adalah relevan, karena saat ini pun akar historis ini masih sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari baik kita sadari secara langsung ataupun tidak langsung. Contohnya saja dari dulu sampai sekarang kita mengetahui ketika seseorang dalam keadaan melamun atau berdiam diri jika dikagetkan orang lain baik dengan cara dipanggil atau ditepok maka secara langsung orang tersebut akan terkejut sehingga dia akan merespon stimulus yang berupa tepokan atau panggilan tadi dengan berteriak atau dengan cara yang lain. Kejadian seperti ini masuk kedalam behaviorisme radikal, hal demikian tidak hanya terjadi saat akar historis ini pertama muncul tetapi saat ini pun masih sering kita jumpai ini menandakan bahwa akar historis ini relevan dalam kehidupan sekarang.
Konsep-konsep dalam interaksonisme simbolik telah disebutkan dalam pengantar dan disini akan dijelaskan pemahaman konsep-konsep tersebut beserta contohnya. Konsep diri muncul atau terjadi ketika ada aktivitas dan hubungan social, atau menurut Cooley proses dari interaksi social individu dengan orang lain sementara menurut Mead adalah pengambilan peran orang lain disini posisi individu adalah aktif dan inovatif. Contohnya individu dalam masyarakat jika ia belum beraktivitas seperti individu lain dan belum melakukan hubungan social dengan masyarakat lain maka ia belum bisa di katakan  diri. Jadi ketika ia sudah beraktivitas seperti masyarakat pada umumnya baru bisa dikatakan menjadi diri.
Symbol adalah suatu rangsangan yang mengandung makna dan nilai yang dipelajari bagi manusia, symbol dibagi menjadi dua yaitu symbol signifikan dan non signifikan. Symbol disebut signifikan atau memiliki makna bila symbol tersebut dapat membuat individu yang menerima symbol tersebut memaknainya sama dengan yang menyampaikannya, contohnya kata-kata atau bahasa. Symbol dikatakan non signifikan apabila makna yang ingin disampaikan oleh individu yang menyampaikan symbol tersebut tidak sama dengan makna yang ditangkap oleh individu yang menerimanya, seperti gerak tubuh dan ekspresi wajah.
Konsep berikutnya adalah komunikasi, komunikasi merupakan bagian terpenting dalam interaksi. Sebuah interaksi tidak akan terjadi tanpa adanya dua hal yaitu kontak dan komunikasi jika tidak ada salah satunya saja maka belum bias terjadi yang namanya interaksi. Komunikasi dibagi menjadi dua yaitu komunikasi verbal berupa berbicara menggunakan kata-kata atau bahasa dan komunikasi non verbal berupa isyarat, ekspresi wajah, kontak mata dll.
Pikiran terjadi setelah adanya interaksi antar masyarakat lalu terjadi proses pemaknaan, contohnya dalam masyarakat sebuah desa anggotanya melakukan interaksi dimana dalam interkasi tersebut terjadi proses pemaknaan dari interaksi yang dilakukan yang akhirnya membuat mereka berpikir, proses berpikir inilah yang menjadi pikiran mereka. Fungsi adanya pikiran adalah memecahkan masalah-masalah yang sedang dialami oleh manusia agar hidup lebih mudah dan efektif.
Yang terakhir yaitu tentang pengembangan diri, berawal dari proses social yang memunculkan proses komunikasi lalu interaksi simbolik dan akhirnya muncul pengembangan diri masing-masing individu. Tahap-tahap dalam pengembangan diri yaitu tahap bermain (play stage), individu belum mengetahui peran dan belum mengetahui fungsi peran yang mereka tiru. Tahap permainan (game stage), individu sudah memahami peran yang mereka jalankan dan mengerti peran orang lain. Tahap pengambilan peran (role taking), tahap dimana individu tidak hanya sekedar mengerti peran orang lain tapi dapat menjalankan peran orang lain.
Konsep pengembangan diri ini memiliki hubungan dengan konsep sosialisasi karena dalam pengembangan diri individu sebelum mereka berkembang pasti ada proses sosialisasi yang dilakukan, sehingga mengakibatkan penegembangan diri masing-masing individu berbeda-beda karena proses sosialisasi yang dialami berbeda-beda.
Suatu symbol non signifikan bila digunakan oleh individu yang memiliki kekurangan dalam berinteraksi menggunakan simbol signifikan berupa bahasa bisa menjadi simbol yang signifikan. Contohnya ketika orang tuna wicara berinteraksi dengan orang lain dia menggunakan simbol non signifikan seperti gerak tubuh dan ekspresi wajah yang memiliki makna-makna tersendiri maka simbol itu bisa dikatakan signifikan bila pesan atau makna yang ingin disampaikan bisa dipahami oleh lawan interaksinya. Jadi suatu simbol non signifikan bisa menjadi signifikan tergantung pada kondisi yang sedang dialami.
Suatu simbol dikatan signifikan apabila makna yang ingin disampaikan oleh individu kepada individu yang dituju mendapatkan respon sesuai dengan makna yang dimaksudkan. Sedangkan simbol yang dikatakan non signifikan apabila makna yang disampaikan kepada individu yang dituju mendapatkan respon yang tidak sesuai dengan yang dimaksudkan.
Kesimpulan
Interaksionisme simbolik memiliki peranan penting dalam keberlangsungan kehidupan manusia. Konsep-konsep dalm interaksinime memiliki saling keterkaitan,  saling melengkapi, dan keberlangsungan. Salah satu kritik terhadap teori interaksionisme simbolik bahwa teori teori ini hanya memfokuskan pada kehidupan manusia sehari-hari tanpa melihat hal-hal yang membuat suatu tindakan itu dilakukan.  
Perkembangan teori interaksionisme “baru” kini mengombinasikan dengan beberapa teori seperti teori pertukaran, etnometodologi dan fenomenologi. Tidak heran jika dalam teori pertukaran ada teori diri yang memiliki kesamaan dengan konsep diri dalam interaksionisme simbolik. Dari penjelasan diatas kesimpulan yang dapat diambil tentang teori interaksionisme simbolik adalah adanya interaksi dengan menggunakan symbol yang mana symbol tersebut memiliki makna dan bisa dimaknai.

Daftar Pustaka
Ritzer, George & Douglas J. Goodman. 2004. Sociological Theory (terjemah: TeoriSosiologi: Dari TeoriSosiologiKlasikSampaiPerkembanganMutakhirTeoriPotmodern, cetakanketujuhDesember 2011). KreasiWacana Yogyakarta: Yogyakarta.
Reader :BahanBacaanTeoriSosiologi Modern, kerjasama Lab. Sosiologidengan Program Teaching Grant Due-Like.