Senin, 21 Mei 2012

ESAI POLITIK


KEKUASAAN POLITIK DIBAWAH KEKUASAAN ORDE BARU

A.    Sejarah Awal Kekuasaan Orde Baru

Awal kekuasaan orde baru dimulai ketika presiden Soekarno mengalami berbagai penyakit. Berbagai kelompok mulai gelisah saat mendengar kabar tentang presiden Soekarno ini, mereka mulai memikirkan bagaimana mereka dapat lebih naik kepuncak kekuasaan. Munculnya dua kelompok penekan Angkatan Darat yang diisukan waktu itu yaitu Dewan Jendral yang diduga akan menggulingkan Soekarno dan Dewan Revolusi yang sangat setia membela Soekarno.
Sejak tahun 1955 pemilihan umum sudah tidak pernah lagi diadakan dan keadaan politik saat itu juga sedang meningkat sehingga menjadi masalah yang selalu dikaitkan dengan siapa pengganti presiden Soekarno selanjutnya.
Keadaan seperti ini membuat PKI bertindak mencetuskan programnya yaitu sama rata sama rasa, dibalik PKI menjalankan aksi-aksinya Meyjen Soeharto berjuangan mengisi jabatan kosong panglima AD yang ditinggalkan oleh Letjen A. Yani.
Sebagai panglima Kostrad, Pak Harto tidak tercantum dalam daftar hitam yang akan dibunuh PKI, bahkan saat Kolonel Latif akan melakukan pembunuhan Soekarno terpancing menyingkir ke Bogor berpisah dengan para pendukungnya. Dalam keadaan seperti itulah Pak Harto mengkondisikan supaya menjadi pahlawan dengan meminta Surat Perintah Sebelas Maret yang sebenarnya setelah keadaan aman kekuasaan kembali diserahkan kepada panglima tertinggi, Bung Karno.
Agar terlihat konstitusional dikeluarkanlah ketetapan MPRS Nomor XXXI II/MPRS/1967 yang menetapkan pencabutan kembali kekuasaan pemerintahan Negara dari tangan Presiden Soekarno, dengan ketetapan MPRS itu juga pemegang ketetapan MPRS Nomor IX/MPRS/1966 diangkat menjadi pejabat presiden yaitu Jenderal Soeharto. Dari sini kekuasaan Orde Baru dimulai dibawah pimpinan presiden Jendral Soeharto



B.     Sistem Politik  Yang Diterapkan Pada Masa Orde Baru

Penerapan sistem politik pada masa orde baru ialah sistem politik yang lebih didominasi oleh badan eksekutif dimana kekuasaan presiden penuh dan peran DPR lemah. Pelaksanaan lembaga kepresidenan sangat dominan karena tugas dan kewenangan presiden mencakup tidak hanya bidang ekekutif tetapi juga legislatif dan yudikatif. Dalam struktur administratif anggota DPR dan MPR kebanyakan dari kalangan militer sehingga tidak berfungsi secara efektif. Selain itu kelembagaan Negara dan organisasi sosial politik berjalan kurang seimbang dan proporsional.
Pada masa orde baru ditrapkannya sistem politik yang menganut sistem demokrasi pancasila dimana proses politik pada masa ini ditinjau dari beberapa aspek yaitu:
Ø  Aspek penyaluran tuntutan yaitu dalam hal untuk menyalurkan tuntutan ataupun aspirasi yang awalnya seimbang kemudian menjadi tidak terpenuhi karena fusi.
Ø  Aspek pemeliharaan nilai: terjadi Pelanggaran HAM tapi ada pengakuan HAM.
Ø  Aspek kapailitas atau kemampuan pemerintahan: menggunakan sistem terbuka.
Ø  Aspek integrasi vertikal: atas bawah.
Ø  Aspek integrasi horizontal: Nampak.
Ø  Aspek gaya politik: intelek, pragmatik, konsep pembangunan.
Ø  Aspek kepemimpinan: teknokrat dan ABRI.
Ø  Aspek partisipasi massa: awalnya bebas terbatas, kemudian lebih banyak dibatasi.
Ø  Aspek keterlibatan militer: merajalela dengan konsep dwifungsi ABRI.
Ø  Aspek aparat Negara: loyal kepada pemerintah (Golkar).
Selain ditinjau dari beberapa aspek tersebut proses politik pemerintahan orde baru cenderung mengunakan mekanisme konsosiasional seperti yang diterapkan di Belanda.
Cirri-ciri sistem politik era orde baru menurut Mochtar Mas’oed dengan sudut pandang ekonomi:
1.      Dipimpin oleh militer sebagai suatu lembaga bekerjasama dengan teknokrat sipil.
2.      Bisnis besar yang memiliki hubungan dengan luar negeri mendominasi perekonomian.
3.      Pembuatan kebijakan menggunakan logika teknokratik-birokratik.
4.      Massa didemobilisasikan.
5.      Untuk mengontrol oposisi digunakan tindakan represif.
6.      Lembaga kepresidenan bersifat otonom.
Demokrasi pancasila bukan hanya demokrai politik namun juga meliputi demokrasi ekonomi, sosial-budaya dan pertahanan keamanan.
Adapun fungsi-fungsi dari demokrasi pancasila menurut Amir Machmud adalah sebagai berikut: mempertahankan pola kehidupan yang berkepribadian, meredakan ketegangan, menyatupadukan bangsa, mengembangkan penyesuaian dan sebagai sarana mencapai tujuan. Namun dalam kenyataannya yaitu pada masa orde baru fungsi-fungsi tersebut masih belum dapat terealisasikan.

C.     Kelebihan dan Kelemahan Pemerintahan Pada Orde Baru
Kelebihan pemerintahan pada orde baru sering dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi antara lain ialah:
Ø  Perkembangan GDP perkapita di Indonesia yang pada tahun 1968 hanya  AS$70 dan pada 1996 telah mencapai lebih dari AS$1.000.
Ø  Sukses program transmigrasi.
Ø  Sukses program KB.
Ø  Sukses memerangi buta huruf.
Ø  Sukses swasembada pangan dan  Pengangguran minimum.
Ø  Sukses REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun).
Ø  Sukses Gerakan Wajib Belajar.
Ø  Sukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh.
Ø  Sukses keamanan dalam negeri.
Sementara kelemahan dari pemerintahan orde baru ialah pada struktur pemerintahannya sendiri yang didominasi oleh militer yang menyebabkan adanya dwi fungsi ABRI dan peranan birokrasi yang propenguasa. Dampak dari anggota DPR dan MPR yang kebanyakan dari kalangan militer ialah lembaga tersebut tidak berfungsi secara efektif salah satu akibatnya aspirasi rakyat kurang didengar oleh pusat.


DAFTAR PUSTAKA
 Karim, M.Rusli, “Nuansa Gerak Politik Era 1980-an di Indonesia”, MW Mandala, Yogyakarta.
Crouch, Harold, “Militer & Politik di Indonesia”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
DRS. H. Inu Kencana Syafiie, MSI. Azhari, SSTP., M.Si, “Sistem Politik Indonesia”, Refika Aditama, Bandung.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar