Selasa, 23 Oktober 2012

esai


Kemitraan Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) di tengah Polemik Freeport
Indonesia sebagai negara terbesar di Asia Tenggara tentunya memiliki peran dalam pembangunan dunia. Dengan kekayaan yang dimiliki tanah Indonesia, Indonesia menjadi permata yang dilirik oleh banyak negara. Indonesia yang masih menjadi negara berkembang membutuhkan bantuan dari negara-negara lain untuk membangun perekonomiannya dan untuk menghadapi era globalisasi.
Globalisasi yang melanda seluruh dunia ini menimbulkan bahaya dan harapan. Proses globalissi yang meliputi semua aspek kehidupan modern (ekonomi, politik dan cultural) tercermin dalam kesadaran sosial (kutipan buku sosiologi perubahan sosial halaman 112 piotr sztompka sosiologi perubahan sosial th 1993 edisi pertama cetakan ke 4 jakarta prenada 2008).  Dari globalisasi ini terjalinlah hubungan bilateral maupun multilateral yang dilakukan Indonesia dengan negara-negara lain. Salah satu hubungan bilateral Indonesia adalah denga negara adikuasa yaitu AS. Indonesia berhubungan dengan AS, karena AS kini menjadi satu-satunya negara adidaya dengan posisi yang dominan di bidang ekonomi, budaya, militer dan tatanan global. ( buku pak nanang hal 98)
Hubungan internasional Indonesia dengan AS sudah terjalin sebelum Indonesia merdeka. Pada masa itu as memiliki peranan penting dalam membantu Indonesia lepas dari penjajah. Hubungan kedua negara ini mengalami pasang surut karena berbagai macam faktor. Landasan hubungan kedua negara ini adalah asas bangsa negara yang dianut oleh keduanya, sementara Indonesia lebih menekankan hubungan dengan AS berdasarkan kepentingan nasional dan kemanfaatannya bagi rakyat Indonesia.
Berdasarkan landasan kepentingan nasional dan kemanfaatan bagi rakyat yang sekarang dijadikan pedoman Indonesia dalam menjalin hubungan dengan AS maka Indonesia lebih menekankan pada sifat kerjasama dengan kemitraan komperenshif dan menjadikan Amerika sebagai teman bukan lagi lawan seperti yang diungkapkan oleh Dubes RI untuk AS.
Dengan kemitraan komperenshif yang terjalin antara AS dengan Indoesia berbagai kerjasama telah dilakukan seperti dalam bidang keamanan dan perekonomian. Selain itu munculah kerjasama dalam bidang pendidikan yaitu AS meluncurkan beasiswa untuk Indonesia. Beasiswa yang diberikan AS kepada Indonesia ini senilai 803 M. beasiswa ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas belajar dan mengajar diberbagai kota/kabupaten.
Pemandangan lain dari hubungan internasional antara Indonesia dengan AS yang memiliki kemitraan komperenshif yang semaikn meningkatkan kerjasama dan mempererat hubungan antar negara adalah keadaan penduduk yang berada di kawasan PT. Freeport milik AS. Ditengah polemik atau permasalahan yang ada akibat PT. Freeport di Papua menjadikan keganjalan tersendiri dalam hubungan yang terjalin antara AS dengan Indonesia.
Sumber daya alam yang dimiliki Indonesia yang berupa pertambangan sebagian besar dikuasai oleh asing, padahal seKtor pertambangaan ini mempunyai peran yang besar dalam perekonomian negara. Sebagian besar sector pertambanagan ada di Papua.
Dua belas jenis barang tambang yang dilaporkan dan diunggulkan Indonesia karena memiliki nilai ekonomis tinggi, dua diataranya adalah minyak bumi dan gas bumi., dua barang tambang tersebut kuantitas produksinya sangat mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia, karena selalu digunakan sebagai salah satu asumsi dasar dalam tiap kali perencanaan APBN.(BUKU pERPUs HAL 48)
Namun dalam kenyataannya sector yang seharusnya dapat menjadi ladang bagi Indonesia sebagian besar dikuasai oleh Freeport.
Pembagian saham PT. Freeport yang ada untuk saat ini masih bisa dibilang tidak layak jika untuk Indonesia hanya sebesar 9.36% meskipun sudah diberlakukan pelepasan saham publik tapi nilai untuk pemerintah dengan hanya 9.36% tidak sebanding dengan kerugian yang dialami oleh rakyat sekitar pertambangan. Selain itu karena Indonesia adalah  pemilik bahan tersebut yang mana seharusnya saham yang diperoleh oleh Indonesia jika tidak lebih besar maka setara dengan pengelolah yaitu 50% dengan 50%. Namun kenyataannya jauh sekali karena saham yang dimiliki oleh PT. Freeport itu jauh lebih besar sebesar 90.36% angka ini begitu jomplang.
Permasalahan yang timbul dari PT. Freeport ini tidak berhenti pada saham saja. Kerugian yang dialami oleh penduduk sekitar jauh lebih penting, berbagai macam kerusakan lingkungan terjadi antara lain pencemaran laut, hilangnya hutan-hutan yang tidak berjumlah sedikit setiap tahun 300.000 hektar hutan hilang, dan pembuangan limbah yang berdampak pada masyarakat sekitar. Ini semua belum sebanding dengan apa yang didapat oleh pemerintah Indonesia dari kerjasamanya dengan AS.
Timbulnya bebagai masalah dari adanya PT. freepport as ini tidak menjadikan AS gerah bahkan AS semakin gencar ingin mengajukan perpanjangan kontrak karyanya (KK)  di Papua hingga tahun 2041. Padahal kontrak karya (KK) tersebut habis pada tahun 2012 ini.
Kedudukan Indonesia yang seperti ini memang sulit untuk dimengerti, disisi lain pemerintah sedang menjalin hubungan yang baik dengan pemerintahan AS namun disisi lain juga rakyat mengalami kerugian yang ditimbulkan oleh perusahaan miliki negeri paman sam ini. 
Terlepas dari semua yang ada memang setiap negara tidak dapat berdiri sendiri sehingga harus menjalin hubungan dengan negara lain dalam berbagi bidang untuk saling melengkapi kebutuhan masing-masing negara termasuk Indonesia. Namun dalam setiap hubugan yang dijalin negara harus memiliki strategi tersendiri untuk dapat memenuhi kebutuhannya tanpa harus mengorbankan pihak-pihak tertentu. Seperti Indonesia dalam menjalin hubugan dengan AS kini telah memiliki hubungan kemitraan komperenshif yang harusnya bisa menjadi jalan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada pada PT. Freeport agar tidak merugikan rakyat Papua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar