TUGAS TERSTRUKTUR
TEORI
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT MELALUI NASI BORAN (SEGO BORAN)

OLEH:
FITRIANI
NUR AMANAH (F1A011054)
ASAL:
LAMONGAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
JURUSAN SOSIOLOGI
PURWOKERTO
2012
Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Nasi Boran (Sego Boran)
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kabupaten
Lamongan yang sering dekenal dengan sebutan LA ini memiliki banyak cerita, untuk
mudah mengenalinya jika ada yang mengatakan tentang Persela, ya Persela adalah
persatuan sepakbola lamongan. Tim sepakbola milik Lamongan ini membawa Lamongan
menjadi salah satu kabupaten yang memiliki nama di Indonesia walaupun belum
setingkat dengan Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Lamongan tidak hanya
terkenal dengan tim sepakbolanya namun ciri khas lain yang Lamongan miliki dan
tidak semua kota miliki adalah ciri khas kulinernya.
Berbagai
macam kuliner khas Lamongan memiliki ciri tersendiri seperti soto Lamongan,
tahu campur, tahu tek, jumbrek, nasi boran, wingko babat dan pecel lele. Dalam
pembahasan makalah ini akan lebih dijelaskan tentang salah satu makanan khas
lamongan yaitu sego boran (nasi boran).
Makanan
khas suatu daerah tentunya memiliki nilai tersendiri yang tidak akan didapat di
tempat lain, meskipun ada di tempat lain rasa dan kekhasannya tidak akan
seperti yang asliya yang dijumpai di daerah asalnya. Suatu kekayaan daerah
harus tetap dijaga agar lestari untuk selamanya, untuk dapat melestarikannya
adalah dengan tetap dijaga keberadaannya agar tidak dapat digantikan dengan
yang baru yang bukan dari daerah tersebut.
B.
Rumusan Masalah
Suatu
daerah memiliki potensi lokal yang peru dikembangkan untuk memperdayakan
masyarakatnya. Seperti yang dimiliki oleh daerah Lamongan yaitu potensi kuliner
yang dimiliki perlu dikembangkan. Rumusan masalah dalam makalah ini adalah
bagaimana cara mengembangkan potensi kuliner lokal yang dimiliki Lamongan
berupa nasi boran agar dapat dimanfaatkan
untuk memperdayakan masyarakatnya?
C.
Tujuan
Untuk
mengetahui bagaimana cara mengembangkan potensi kuliner lokal Lamongan yang
dimiliki Lamongan berupa nasi boran agar dapat dimanfaatkan untuk memperdayakan
masyaraktnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Nasi Boran
Nasi
boran atau di dalam bahasa jawa sering disebut dengan sego boran ini merupakan
salah satu makanan khas Lamongan yang hanya dapat dijumpai di daerah Lamongan
saja. Tidak seperti makanan khas Lamongan yang lain seperti soto ayam Lamongan,
dan tahu campur yang dapat dijumpai diberbagai tempat. Selain itu juga wingko Babat
yang merupakan ciri khas lamongan, wingko yang berasal dari Kecamatan Babat ini
malah sering disebut-sebut sebagai makanan khas Semarang.
Keistimewaan
dari nasi boran atau sego boran ini tidak hanya dapat dijumpai di Lamongan saja
namun, keistimewaan lainnya ada pada nasinya tersebut yang berhubungan dengan
sejarah adanya nasi boran ini. Nama dari nasi boran sendiri berasal dari nama
boran tersebut yaitu tempat yang digunakan untuk mewadai atau menaruh nasinya,
yang berupa keranjang yang terbuat dari anyaman bambu. Dulu sebelum
ditemukannya perabot rumah tangga boran ini juga dijadikan masyarakat untuk
menyimpan nasi. Boran berbentuk lingkaran di bagian atas dan persegi di bagian
bawah. Keempat sudut di bagian bawahnya disangga dengan bilah bambu agar tidak
bersentuhan langsung dengan tanah atau alas lainnya.
Boran
tidak dapat dibuat sendiri, boran ini di pesan kepada perajin yang ada di
Lamongan tepatnya di Desa Kawotan Kabupaten Lamongan. Daerah ini terkenal
sebagai perajin boran karena sudah turun-temurun. Harga boran ini sekitar Rp.
60.000.
Dahulu
nasi boran ini dijajakan berkeliling oleh ibu-ibu desa kawotan dengan
mengendong boran yang berisi nasi
beserta lauk-pauknya. Namun saat ini sudah jarang dan hampir tidak ditemui
penjual nasi boran secara berkeliling. Sekarang kebanyakan penjual nasi boran
hanya manggkal di suatu tempat, seperti di alun-alun Lamongan dan tempat
keramaian yang lain
Mungkin
menjadi pertanyaan sebenarnya apakah nasi boran ini? Sekilas nasi boran ini
mirip dengan nasi sambal asli Surabaya, atau dengan nasi jagung. Namun nasi
boran memiliki kekhasan tersendiri selain tadi yang disebutkan diatas dari
tempat dijumpainya dan tempat nasinya.
Ciri
khas dari menu nasi boran ini adalah sambal boran, yakni racikan bumbu lengkap
yang terdiri dari lengkuas, jahe, terasi, jeruk purut, cabe rawit yang direbus,
beras mentah yang direndam sebagai pengental, parutan kelapa, bawang merah,
bawang putih, dan merica. yang telah digoreng dengan jumlah cabe yang lebih
banyak dari racikan sambal-sambal biasa sehingga sambal boranan ini selalu
terasa pedas. Biasanya, ibu-ibu yang memasak nasi boran ini masih menggunakan
bahan bakar kayu agar bau nasi dan sambalnya terasa lebih sedap.
Selain
disajikan dengan sambal boran yang khas, nasi boran dahulu hanya di sajikan
dengan ikan sili. Namun sekarang tidak hanya dengan ikan sili karena sudah
jarang ditemukan ikan sili maka lauk-pauknya pun beraneka ragam. Seperti ayam
goreng, udang, tempe, tahu, telur asin, telur ceplok, telur dadar digoreng
dengan tepung, sate uretan (bakal calon telur), jerohan, ikan bandeng, ikan
kuthuk, pletuk, empuk, rempeyek kacang atau teri, dan urapan sayur.
Lauk
yang tidak dapat ditemui di menu lain selain ikan sili adalah empuk dan pletuk.
Empuk terbuat dari tepung yang dibumbui, sementara pletuk terbuat dari nasi
atau kacang yang dikeringkan dan dibumbui dan digoreng. Nama pletuk diambil
dari bunyi ketika makanan ini dikunyah.
Yang
menjadi pelengkap nasi boran selain lauk-pauk dan sambalnya adalah urapan sayur
yang dimakan dengan sambal urap berbahan bawang merah, bawang putih, garam,
cabe merah, penyedap rasa, dan parutan kelapa. Cara memasaknya unik, bukannya
dikukus atau dibiarkan mentah, tetapi dipanaskan dengan kreweng (pecahan
genteng), semacam tanah liat bentuk persegi dan dibakar sehingga menghasilkan
asap sehingga menimbulkan aroma yang sedap.
Ketiga
lauk-pauk itulah yang menjadi kekhasan dari nasi boran ini yaitu ikan sili,
empuk, dan pletuk. Tidak ketinggalan juga sambal pedas yang di guyur kuah
kental yang berasal dari beras mentah serta urapan sayurnya.
B.
Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Nasi Boran
Penjajakan
nasi boran ini berada di daerah keramaian di pusat kota Lamongan, seperti di
alun-alun, pasar, depan stasiun dan Lamongan Plaza. Harga nasi boran sangat
terjangkau dari Rp. 3.000 sampai Rp. 7.000 tergantung lauk yang dipakai. Penggemar
nasi boran tidak hanya dari dalam kota namun sering dijumpai pula penikmat nasi
boran yang berasal dari luar kota Lamongan.
Pelestarian
sebuah ciri khas daerah tidak hanya pada lingkup daerah tersebut namun, dengan
membawanya keluar dari lingkup tersebut sehingga akan memperkenalkannya ke
dunia luar. Sama halnya dengan nasi boran kuliner khas Lamongan ini. Walaupun
dengan keberaadannya yag hanya dapat ditemui di daerah aslinya Lamongan,
kuliner ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk memperdayakan masyarakat Lamongan
yang belum mempunyai pekerjaan yang mapan.
Pemebrdayaan
yang dimaksudkan tidak sebatas memperdaya masyarakatnya saja namun dengan
membawa suatu permata miliki daerah akan menjadikan harum nama daerah tersebut.
Seperti Dawet Ayu miliki kabupaten Banjarnegara yang dapat dijumpai diseluruh
Indonesia menjadikan Banjarnegara harum. Lamongan pun tidak boleh maju dari
satu bidang saja tetapi semua potensi yang dimiliki harus dapat dikembangkan.
Suatu
potensi harus dapat diberdayakan agar yang memiliki potensi tersebut berdaya.
Pemberdayaan merupakan proses menjadikan orang atau masyarakat berdaya,
memiliki kemampuan atau kapasitas melakukan sesuatu. Sebagaimana konsep
pemberdayaan yang ada di Indonesia yaitu bagaimana menggali potensi agar
masyarakat dapat memanfaatkan kemampuan yang dimiliki.
Maksud
dari pemberdayaan yang perlu diterapkan di Lamongan berhubungan dengan nasi
boran adalah, Lamongan memiliki aset kuliner yang masih berada di dalam daerah
meskipun keberadaannya yang ada di dalam daerah itu menjadi ciri khas
tersendiri. Tetapi adanya pengembangan dalam segi perluasan produk perlu untuk
memperdayakan masyarakat sekitar agar mampu memperdayakan apa yang mereka
miliki itu.
Nasi
boran biasanya dijajakan oleh ibu-ibu dengan lesehan mengunakan tikar dan
berjajar secara rapi. Dan hingga saat ini belum dapat ditemukan restoran
ataupun warung sekali pun yang menjual nasi boran. Dengan peluang yang ada ini
sebenarnya dapat dimanfaatkan dengan baik. Mengunakan sistem pemberdayaan
kelompok yang mana penjual nasi boran ini sudah memiliki sistem tersendiri
dalam menjajakan nasi borannya yaitu dengan cara kerja shif (pergantian).
Untuk
melakukan sebuah pemberdayaan yang harus diingat adalah dengan mengunakan
sisitem perencanaan partisipatif dan sistem yang bersifat bottom-up.
Yang mana tetap melibatkan masyarakat untuk membuat rencana-rencana dan
mementingkan kebutuhan masyarakat sekitar. Selain perencanaan partisipatif dan
sifat bottom-up, pendekatan community management atau menejemen
komunitas atau menegemen lokal tradisional perlu karena pendekatan ini
menekankan pada upaya menggali potensi sumber daya lokal dalam rangka
pemberdayaan masyarakat baik secara politik, ekonomi manupun sosial
kemasyarakat.
Pendekatan
managemen community dalam perluasan produk nasi boran ini bergerak dalam
pemberdayaan masyarakatnya agar mampu memperdayakan potensi yang dimiliki untuk
meningkatkan ekonomi masyarakat. Karena basic dari budaya masyarakat
yang ada adalah pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi. dengan
memperhatikan bahwa setiap daerah memiliki kearifan lokal atau sumber daya
lokal seperti Lamongan yaitu kuliner nasi boran.
Pemberdayaan
kelompok dengan menciptakan komunitas penjual nasi boran, sebagian penjual nasi
boran diberi fasilitas dengan memberi pinjaman modal untuk membuat warung yang
khusus menjual nasi boran tanpa menghilangkan kekhasan nasi borannya.
Memperluas daerah untuk menjual nasi boran yang awalnya hanya dapat ditemui di
pusat kota Lamongan saja, maka perlu perluasan. Karena di daerah Lamongan yang
jauh daru pusat kota Lamongan nasi boran ini masih sulit untuk ditemui. Selain
memperluas daerah untuk menjual, adalah untuk memperkenalkan kuliner khas Lamongan
secara dekat dengan masyakarat Lamongan.
Perluasan
ini tidak berhenti sampai di daerah Lamongan pinggir (yang jauh dari pusat
kota). Tetapi keluar daerah Lamongan dengan cara awal menjajakan nasi boran
secara berkeliling seperti awal mula adanya nasi boran dengan tujuan
memperkenalkan nasi boran kemasyarakat luas. Adanya program perluasan dan
peningkatan level nasi boran ini akan menjadikan nasi boran lebih dikenal
secara luas dan tidak hanya dikenal sebagai kuliner pinggiran. Yang akan
menyusul soto Lamongan yang sekarang dapat ditemui dimana pun dan bahkan di
restoran-restoran besar.
Selain
itu juga akan memberi kesempatan kerja hususnya bagi orang Lamongan sendiri
karena resep nasi boran dan hal-hal yang berhubungan dengan nasi boran hanya
dapat dibuat dan dilestarikan oleh orang Lamongan. Meskipun ada orang lain yang
bisa membuatnya namun tidak akan seistimewa orang Lamongan yang membuatnya.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suatu
kearifan lokal atau sumber daya lokal harus tetap dijaga agar dapat dinikmati
oleh generasi-generasi selanjutnya. Cara untuk melestarikan dan menjaganya ada
banyak cara. Selain dengan melestarikannya kearifan lokal tersebut dapat
digunakan sebagai pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan potensi yang
dimiliki dan meningkatkan perekonomian masyaraktnya.
Pemberdayaan
suatu potensi yang dimiliki daerah harus mengunakan cara-cara yang tepat agar
sesuai dengan kemampuan dan daya daerah tersebut. Untuk dapat mengetahuinya
maka digunakan pendekatan yang sesuat, sistem yang tepat dan cara-cara yang
tepat. Yaitu pendekatan menegemen community, sistem yang bersifat bottom-up
dan perencanaan partisipatif.
Meskipun
nasi boran sekarang ini menjadi kuliner Lamongan yang belum dapat ditemui
didaerah manapun kecuali di Lamongan, dengan adanya makalah ini akan muncul
kesadaran bahwa suatu potensi daerah yang harus dijaga kelestariannya tidak
hanya dengan menetapkannya di satu tempat saja. Namun membawanya keluar daerah
menjadi salah satu cara agar potensi yang dimiliki oleh Laomongan yaitu nasi
boran ini dapat dikenal oleh seluruh masyarakat khususnya yang ada di
Indonesia.
Dengan
memperdayakan masyarakat sekitar pun akan memnjadikan masyarakat yang berada didaerah
Lamongan menjadi mampu dan berdaya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.
Yang mungkin selama ini hanya beberapa saja yang dapat menjajakan nasi boran
ini karena tempat untuk menjajaknnya terbatas. Sementara masyarakat yang lain
pun memiliki potensi untuk dapat menjual nasi boran.
B.
Saran
Beberapa
cara untuk memperdayakan masyarakat Lamongan yang memiliki potensi dalam
pengembangan nasi boran dari penjajakan berkliling, lesehan hingga mengupayakan
untuk dapat menjadikan nasi boran sebagia salah satu menu khas Lamongan yang
dapat dijumpai di warung- warung dan restoran dapat dijalankan jika seluruh
pihak yang bersangkutan dapat bekerjasama.
DAFTAR
PUSTAKA
Agoenx, Agunx. 2012.
Nikmatnya Nasi Boran Khas Lamongan. http://www.jelajah-nesia.blogspot.com
. Diakses pada 4 Oktober 2012.
Lamongan, Blog. 2012.
Wisata Kuliner – Makanan Khas Kota Lamongan. http://blog_lamongan.blogspot.com
. Diakses pada 4 Oktober 2012.
Surya. 2009. Sego Boran
Ciri Khas Lamongan Selain Soto. http://lamongan,kompas.com
. Diakses pada 4 Oktober 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar