Senin, 10 Desember 2012

GENDER DAN PENDIDIKAN


GENDER DAN PENDIDIKAN
Kesenjangan dalam bidang pendidikan yang ada di propinsi jawa tengah adalah tentang angka melek huruf yang dimiliki oleh perempuan lebih rendah dari laki-laki. Perbedaan angka melek huruf sangat nyata terlihat pada tahun 2003-2005
2003: lk 91,29 pr 80,47 2004: lk 92,10 pr 81,49 2005: lk 92,34 pr 82,64
Sumber SU SENAS 2003,2004, 2005
Dari data diatas dapat diketahui bahwa kesenjangan angka melek huruf antara laki-laki dan perempuan sangat nampak. Hingga tahun 2005 perbedaan itu masih mencolok. Walaupun tiap tahunnya mengalami penigkatan tapi belom sebanding, sehingga dapat disimpulkan bahwa kesadaran akan pendidikan untuk perempuan masih belum dapat diciptakan oleh masyarakat.
Perbedaan angka melek huruf yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, anggapan masyarakat yang sudah mendarah daging tentang pendidikan untuk kaum perempuan itu tidak penting karena perempuan hanya bekerja pada sector domestic, yang ruang lingkup pekerjaannya hanya didalam rumah sebagai ibu rumah tangga sehingga pendidikan tidak diperlukan.
Pemahaman tentang tafsir ayat Alqur’an dan hadist yang mandek, artinya pemahaman tentang pemaknaan sebuah ayat dan hadist tidak dimaknai secara utuh sehingga menimbulkan persepsi yang tidak sesuai. Di Indonesia sendiri budaya patriarkhi masih menjadi keutamaan tersendiri bagi kaumnya sehingga hanya kaum laki-laki lah yang patut dan layak mendapat pendidikan tinggi. Misalnya keluarga yang menganut sistem kekerabatan patriarkhi jika memiliki anak perempuan dan laki-laki dan hanya memilliki biaya untuk menyekolahkan satu anak maka anak lai-laki yang akan disekolahkan hingga kejenjang yang tinggi.
Peraturan pemerintah yang pernah ada juga menjadikan factor mengakses pendidikan untuk kaum perempuan menjadi cukup sulit. Seperti kasus yang pernah ditemui, jika ada siswi yang hamil maka tidak akan diizinkan untuk mengikuti ujian. Peraturan yang sedemikian ini sangat merugikan kaum perempuan yang kedudukannya adalah sebagai korban sementara kaum laki-laki yang menjadi pelaku tidak mendapat sanksi yang seimbal. Sebagaimana yang diderita oleh kaum perempuan, bias gender di kasus seperti ini sangat nampak.
Untuk mengatasi kesenjangan gender yang ada maka dibutuhkan beragai tindakan yang dapat menghentikan kesenjangan yang ada dalam pendidikan untuk kaum perempuan. Melibatkan kaum perepuan secara langsung dalam program-program yang berhubungan dengan pendidikan agar suara perempuan dapat didengarkan. Melibatkan perempuan dalam program pengembangan masyarakat, serta berbagai kegiatan yang memungkinkan kaum perempuan terlibat dan menjalankan kekuasaan sector public (Mansour Fakih : 2012).
Dengan keterlibatan kaum perempuan dalam sector public maka pandangan bahwa perempuan hanya ada dalam sector domestic akan menghilang sehingga perempuan akan mendapatkan tempat untuk menempuh pendidikan tinggi yang dapat menempatkan mereka pada sector public layaknya kaum laki-laki. Hal seperti ini juga kan mengurangi angka buta huruf serta meningkatkan angka melek huruf kaum perempuan yang awalnya jauh dibawah kaum laki-laki.
Peningkatan angka melek huruf pada jenis kelamin perempuan mulai Nampak pada tahun 2008, kesadaran masyarakat sudah mulai terbangun sehingga partisipasi dalam pendidikan oleh kaum perempuan menjadi lebih baik. Dari kesadaran masyarakat untuk mengenyam pendidikan bagi kaum perempuan akan menurunkan angka buta huruf bagi perempuan. Sesuai data yang didapat dari SUSENAS 2008 yakni:
Data melek huruf  usia 15-24 tahun 2008
Laki-laki 99,71 pr 99,76



Tidak ada komentar:

Posting Komentar