Nama : Fitriani Nur Amanah
NIM : F1A011054
MK : SOSIOLOGI PENDIDIKAN
ANALISIS
FILM “ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI”
Judul : Alangkah Lucunya Negeri Ini
Sutradara : Deddy Mizwar
Produser : Zairin Zain
Produksi : Citra Cinema
Tokoh-tokoh : Reza Rahardian sebagai Muluk
Tika Bravani
sebagai Pipit
Asrul dahlan
sebagai Samsul
Deddy Mizwar sebagai Pak makbul
Slamet Rahardjo sebagai Haji Rahmat
H. Jaja Miharja sebagai Haji Sarbini
Tio Pakusadewo sebagai Jarot
Sonia sebagai Rahma
Angga Putra sebagai Komet
Sinopsis:
Berawal
dari perjalanan seorang sarjana S1 manjemen yang bernama Muluk yang bertahun-tahun mencari
kerja tapi belum diterima dimanapu. Saat ia ingin berangkat melamar kerja
lewatlah ia di pasar disana ia menemukan pemandangan yang membuatnya jengkel
disaat dia kesana kemari mencari pekerjaan untuk mendapatkan uang ada orang
dengan mudahnya mendapat uang yaitu mencopet, walaupun sempat jengkel dengan
pencopet itu langkah kakinya kembali berjalan menuju sebuah perusahaan, dimana
awalnya ia hendak melamar kerja disana namun, perusahaan tersebut gulung tikar.
Disisi
lain H. Sarbini teman Pak Makbul ayah Muluk masih
mempermasalahkan Muluk yang seorang sarjana namun tidak bekerja. Sampai
ditengah-tengah cerita film ini yang menjadi perdebatan antara Pak Makbul dengan
H. Sarbini calon besannya adalah tentang penting tidaknya pendidikan. Karena menurut
H. Sarbini pendidikan itu tidak penting karena tanpa pendidikan pun
banyak orang yang dapat bekerja. Sementara menurut Pak Makbul pendidikan itu
penting karena Negara-negara maju di dunia itu karena pendidikannya yang maju.
Setelah
pertemuan Muluk dengan Komet salah seorang pencopet yang pernah ia temui
dipasar akhirnya ia diajak ke markas atau tempat tinggal para pencopet itu, dan
diperkenalkan kepada Jarot yaitu yang menjadi Bos para pencopet. Perkenalan Muluk dan
Jarot menghasilkan kesepakatan bahwa Muluk akan bekerja bersama dengan para
pencopet tersebut untuk mempraktekkan ilmu manajemen yang dimiliki dengan
mengelola keuangan mereka. Ini ditawarkan oleh Muluk dengan imbalan 10% dari
hasil copet mereka. Tujuan Muluk adalah agar hasil copet mereka dapat dikelola
secara profesional dan akhirnya dapat dijadikan sebagai modal usaha agar tidak
perlu menjadi pencopet lagi. Setelah beberapa waktu Muluk merasa perlu memberi
pendidikan untuk para pencopet yang mereka semua adalah anak-anak. Dari sinilah Muluk mengajak Samsul
seorang sarjana pendidikan yang menjadi pengangguran di kampung mereka yang
kerjanya setiap waktu hanya bermain kartu.
Suatu ketika pak Makbul bertanya kepada Muluk ia bekerja sebagai apa,
dengan terpaksa Muluk mengatakan bahwa ia bekerja di bidang pengembangan sumber
daya manusia. Setelah itu Pak Rahmat meminta Muluk untuk mempekerjakan anaknya
Pipit yang kesehariannya hanya menonton televisi, mengikuti kuis-kuis dan
mengirim undian berhadiyah kemana-mana. Akhirnya Muluk menyanggupi permintaan
pak Rahmat supaya Pipit dapat bekerja mengajar anak-anak mengajar agama.
Sampai akhinya Pak Makbul, Pak Rahmat H. Sarbini ingin melihat tempat kerja
anak-anaknya, akhirnya mereka terkejut ketika mengetahui bahwa anak-anak mereka
bekerja untuk para pencopet. Perang batin pun terjadi antara Muluk, Pipit dan
ayah mereka. Akhirny mereka berhenti mengajar dan Jarot memberikan pengarahan
pada para pencopet untuk mencari uang dengan berdagang asongan. Sebagian
anak-anak pencopet ada yang mengasong dan ada yang tetap melanjutkan aksi
mencopet mereka.
Pada saat beberapa anak mengasong dijalanan ada satpol PP yang merazia
mereka, saat kejadian itu Muluk melihatnya dan menyuruh anak-anak yang
mengasong untuk lari sehingga Muluk yang menyerahkan diri untuk ditangkap
satpol PP.
Analisis:
Film ini
memiliki alur yang indah untuk diikuti, semua yang digambarkan dalam film ini
ada dalam kehidupan masyarakat Indonesia sekarang ini terutama pada masrakat yang tinggal di
perkotaan seperti di ibu kota yaitu di Jakarta. Ada banyak nilai dalam film ini
mulai dari hal kecil yang dilakukan oleh H. Rahmat yaitu istighfar mengingatkan
H. Sarbini dan Pak Makbul untuk tidak membicarakan orang baik di masjid atau
dimanapun. Hal-hal kecil seperti ini yang perlu kita pelajari dari sebuah film.
Karena salah satu fungsi dari film itu adalah sebagai sarana penyampai pesan
kepada para penontonnya.
Selain
pesan-pesan tentang kehidupan bermasyarakat yang menjadi titik penting dari
film Alangkah Lucunya Negeri Ini adalah tentang makna dari sebuah pendidikan. Ada
dua pendapat dalam film ini tentang pendidikan sendiri yang pertama yaitu
tentang pentinganya sebuah pendidikan untuk menjalani hidup agar dapat mendapat
pekerjaan dan menjadi orang yang benar seperti yang ada dalam dialog Makbul
yaitu “orang yang berpendidikan selalu bisa memecahkan masalah” dari dialog ini
dapat disimpulkan bahwa kalo orang tidak berpendidikan dia akan selalu
mendapatkan masalah karena tidak bisa memecahkan masalahnya.
Pendapat
kedua yaitu tentang pendidikan itu tidak penting karena tanpa pendidikanpun
orang bisa mendapat pekerjaan dan dapat bertahan hidup. Seperti dialog H.
Sarbini “ pendidikan itu penting kalau ada koneksi”, jadi sebuah pendidikan itu
menjadi penting kalau kita memiliki koneksi tetapi jika kita tidak memiliki
koneksi maka pendidikan tidak ada artinya.
Cerita
dari Muluk yang seorang pengangguran yang berlatar belakang sarjana manajemen,
Samsul pengangguran dari sarjana pendidikan dan Pipit mereka bertiga akhirnya
berjuang untuk mengentaskan anak-anak jalanan yang berprofesi sebagai pencopet
tersebut menjadi anak-anak yang dulunya tidak mengerti apa itu pendidikan
sekarang menjadi mengerti makna dan manfaat pendidikan untuk hidup mereka agar
lebih baik lagi.
Dalam
film ini banyak celetukan-celetukan atau kalimat-kalimat percakapan yang
menyindir beberapa elemen pemerintahan kita khsusnya di Indonesia bahwa orang-orang
pintar itu mencopetnya tidak pernah dilihat orang banyak sebagai suatu yang
kotor seperti pencopet padahal apa yang merela copet atau curi itu jauh lebih
banyak lebih besar dari apa yang di copet oleh pencopet dalam film itu.
Kejahatn mereka tidak dilihat oleh orang banyak Karena mereka berpakaian rapid
an bersih dalam mencopet dan bertempat digedung-gedung besar tidak seperti para
pencopet yang ada di pasar dan tempat-tempat umum.
Jika kita
fahami dan cermati lebih lagi tentang isi dari film ini begitu banyak pelajaran yang harunya bisa
diambil bukan diambil oleh para penonton biasa saja namun oleh berbagai pihak
yang diangkat dalam film ini seperti satpol PP yang harusnya memberi kebebasan
untuk para pedagang asongan toh mereka juga ingin mencari nafkah dengan halal
dan tenang tanpa harus dihantui oleh satpol PP yang melakukan razia. Jika
mereka kembali lagi menjadi pencopet mereka tidak tenang karena harus
berkejar-kejaran dengan polisi. Hal demikianlah yang menjadikan banyaknya
criminal, dan pengangguran di Negara kita ini.
Dalam film ini hal yang disoroti adalah kemiskinan yang masih menjadi
permasalahan mendasar di negeri ini. Banyak cara dilakukan untuk mengentaskan
kemiskinan dan menjadikan masyarakat lepas dari keterpurukan namun masih belum
bisa mendapatkan hasil seperti yang diinginkan. Sehingga film ini menjadi
gambaran yang nyata tentang indonesia saat ini.
Kritik:
Film ini
megisahkan tentang kehidupan anak-anak jalanan yang berprofesi sebagai
pencopet. Kehidupan di ibu kota memiliki warna tersendiri dari masyarakat yang
tinggal di perumahan hingga perkampungan, profesi mereka pun bermacam-macam.
Dari konglomerat, pengusaha, guru, pedagang, pengangguran hingga pencopet. Dari
synopsis yang sekilas diatas mengambarkan tentang latar belakang yang mengakibatkan
orang bisa menjadi seorang pengusaha atau pencopet yaitu latar belakang
pendidikannya.
Isi dari film ini memiliki banyak pesan dan amanat yang berharga untuk di
kaji dan dijadikan pelajaran, tetapi ada juga nila-nilai yang seharusnya tidak
ditampilkan karena akan dijadikan oleh masyarakat yang tidak bertanggung jawab
sebagai suatu yang buruk seperti cara-cara mencopet. Jika masyarakat tidak
dengan baik memaknainya bisa-bisa disalah gunakan. Kembali lagi tentang
pendidikan bahwa dalam film ini pendidikan menjadi hal yang paling penting dan
tidak bisa dipisahkan dari masyarakat, namun secara tidak langsung pendidikan
disini dijadikan sebagai alat untuk mendapatkan segalanya.
Teori:
Teori yang sesuai dengan film tentang pendidikan ini adalah teori tentang
Pendidikan dari Paulo Freire, menurut Freire pendidikan saat ini meniru gaya
Bank. Maksudnya pendidikan dijadikan sebagai tempat simpanan yaitu anak-anak
didik menjadi tabungan untuk kehidupan kedepannya. Pendidikan menurut Freire
bertujuan untuk memperoleh kebebasan, tetapi realitasnya pendidikan formal
menjadikan murid-muridnya sebagai objek dan para gurunya adalah subjek. Sistem
pendidikan harusnya mampu menjadi kekuatan penyadar dan pembebas umat manusia.
Maksudnya dengan pendidikan harusnya bisa mengentaskan manusia dari berbagai
permasalahan hidup seperti kemiskinan. Seperti dalm film Alangkah Lucunya
Negeri Ini, dimana Muluk sebagai seorang sarjana harusnya bisa mendapatkan kerja
untuk mencukupi tidak hidup tetapi dalam kenyataannya tidak seperti sistem
pendidikan yang seharusnya.
Pendidikan bertujuan untuk menggarap realitas sosial, bertumpu diatas
prinsip-prinsip aksi reaksia yang
akhinya akan menghasilkan praxis. Praxis itu merupakan kesatuan fungsi yang
terdiri dari berpikir, berbicara dan berbuat. Pendidikan akan menghasilkan tiga
hal tersebut. Kesatuan inilah yang menjadi kerangka dasar sistem dan metodologi
pendidikan Freire.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar