Minggu, 26 Mei 2013

ANALISIS FILM

Nama          : Fitriani Nur Amanah
NIM  : F1A011054
MK   : SOSIOLOGI PENDIDIKAN

ANALISIS FILM “ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI”

Judul               : Alangkah Lucunya Negeri Ini
Sutradara         : Deddy Mizwar
Produser          : Zairin Zain
Produksi          : Citra Cinema
Tokoh-tokoh   : Reza Rahardian   sebagai Muluk
 Tika Bravani sebagai Pipit
 Asrul dahlan sebagai Samsul
 Deddy Mizwar sebagai Pak makbul
 Slamet Rahardjo sebagai Haji Rahmat
 H. Jaja Miharja sebagai Haji Sarbini
 Tio Pakusadewo sebagai Jarot
 Sonia sebagai Rahma
 Angga Putra sebagai Komet

Sinopsis:
Berawal dari perjalanan seorang sarjana S1 manjemen yang bernama Muluk yang bertahun-tahun mencari kerja tapi belum diterima dimanapu. Saat ia ingin berangkat melamar kerja lewatlah ia di pasar disana ia menemukan pemandangan yang membuatnya jengkel disaat dia kesana kemari mencari pekerjaan untuk mendapatkan uang ada orang dengan mudahnya mendapat uang yaitu mencopet, walaupun sempat jengkel dengan pencopet itu langkah kakinya kembali berjalan menuju sebuah perusahaan, dimana awalnya ia hendak melamar kerja disana namun, perusahaan tersebut gulung tikar.
Disisi lain H. Sarbini  teman Pak Makbul ayah Muluk masih mempermasalahkan Muluk yang seorang sarjana namun tidak bekerja. Sampai ditengah-tengah cerita film ini yang menjadi perdebatan antara Pak Makbul dengan H. Sarbini calon besannya adalah tentang penting tidaknya pendidikan. Karena menurut H. Sarbini pendidikan itu tidak penting karena tanpa pendidikan pun banyak orang yang dapat bekerja. Sementara menurut Pak Makbul pendidikan itu penting karena Negara-negara maju di dunia itu karena pendidikannya yang maju.
Setelah pertemuan Muluk dengan Komet salah seorang pencopet yang pernah ia temui dipasar akhirnya ia diajak ke markas atau tempat tinggal para pencopet itu, dan diperkenalkan kepada Jarot yaitu yang menjadi Bos para pencopet. Perkenalan Muluk dan Jarot menghasilkan kesepakatan bahwa Muluk akan bekerja bersama dengan para pencopet tersebut untuk mempraktekkan ilmu manajemen yang dimiliki dengan mengelola keuangan mereka. Ini ditawarkan oleh Muluk dengan imbalan 10% dari hasil copet mereka. Tujuan Muluk adalah agar hasil copet mereka dapat dikelola secara profesional dan akhirnya dapat dijadikan sebagai modal usaha agar tidak perlu menjadi pencopet lagi. Setelah beberapa waktu Muluk merasa perlu memberi pendidikan untuk para pencopet yang mereka semua adalah anak-anak. Dari sinilah Muluk mengajak Samsul seorang sarjana pendidikan yang menjadi pengangguran di kampung mereka yang kerjanya setiap waktu hanya bermain kartu.
Suatu ketika pak Makbul bertanya kepada Muluk ia bekerja sebagai apa, dengan terpaksa Muluk mengatakan bahwa ia bekerja di bidang pengembangan sumber daya manusia. Setelah itu Pak Rahmat meminta Muluk untuk mempekerjakan anaknya Pipit yang kesehariannya hanya menonton televisi, mengikuti kuis-kuis dan mengirim undian berhadiyah kemana-mana. Akhirnya Muluk menyanggupi permintaan pak Rahmat supaya Pipit dapat bekerja mengajar anak-anak mengajar agama.
Sampai akhinya Pak Makbul, Pak Rahmat H. Sarbini ingin melihat tempat kerja anak-anaknya, akhirnya mereka terkejut ketika mengetahui bahwa anak-anak mereka bekerja untuk para pencopet. Perang batin pun terjadi antara Muluk, Pipit dan ayah mereka. Akhirny mereka berhenti mengajar dan Jarot memberikan pengarahan pada para pencopet untuk mencari uang dengan berdagang asongan. Sebagian anak-anak pencopet ada yang mengasong dan ada yang tetap melanjutkan aksi mencopet mereka.
Pada saat beberapa anak mengasong dijalanan ada satpol PP yang merazia mereka, saat kejadian itu Muluk melihatnya dan menyuruh anak-anak yang mengasong untuk lari sehingga Muluk yang menyerahkan diri untuk ditangkap satpol PP.

Analisis:
Film ini memiliki alur yang indah untuk diikuti, semua yang digambarkan dalam film ini ada dalam kehidupan masyarakat Indonesia sekarang ini  terutama pada masrakat yang tinggal di perkotaan seperti di ibu kota yaitu di Jakarta. Ada banyak nilai dalam film ini mulai dari hal kecil yang dilakukan oleh H. Rahmat yaitu istighfar mengingatkan H. Sarbini dan Pak Makbul untuk tidak membicarakan orang baik di masjid atau dimanapun. Hal-hal kecil seperti ini yang perlu kita pelajari dari sebuah film. Karena salah satu fungsi dari film itu adalah sebagai sarana penyampai pesan kepada para penontonnya.
Selain pesan-pesan tentang kehidupan bermasyarakat yang menjadi titik penting dari film Alangkah Lucunya Negeri Ini adalah tentang makna dari sebuah pendidikan. Ada dua pendapat dalam film ini tentang pendidikan sendiri yang pertama yaitu tentang pentinganya sebuah pendidikan untuk menjalani hidup agar dapat mendapat pekerjaan dan menjadi orang yang benar seperti yang ada dalam dialog Makbul yaitu “orang yang berpendidikan selalu bisa memecahkan masalah” dari dialog ini dapat disimpulkan bahwa kalo orang tidak berpendidikan dia akan selalu mendapatkan masalah karena tidak bisa memecahkan masalahnya.
Pendapat kedua yaitu tentang pendidikan itu tidak penting karena tanpa pendidikanpun orang bisa mendapat pekerjaan dan dapat bertahan hidup. Seperti dialog H. Sarbini “ pendidikan itu penting kalau ada koneksi”, jadi sebuah pendidikan itu menjadi penting kalau kita memiliki koneksi tetapi jika kita tidak memiliki koneksi maka pendidikan tidak ada artinya.
Cerita dari Muluk yang seorang pengangguran yang berlatar belakang sarjana manajemen, Samsul pengangguran dari sarjana pendidikan dan Pipit mereka bertiga akhirnya berjuang untuk mengentaskan anak-anak jalanan yang berprofesi sebagai pencopet tersebut menjadi anak-anak yang dulunya tidak mengerti apa itu pendidikan sekarang menjadi mengerti makna dan manfaat pendidikan untuk hidup mereka agar lebih baik lagi.
Dalam film ini banyak celetukan-celetukan atau kalimat-kalimat percakapan yang menyindir beberapa elemen pemerintahan kita khsusnya di Indonesia bahwa orang-orang pintar itu mencopetnya tidak pernah dilihat orang banyak sebagai suatu yang kotor seperti pencopet padahal apa yang merela copet atau curi itu jauh lebih banyak lebih besar dari apa yang di copet oleh pencopet dalam film itu. Kejahatn mereka tidak dilihat oleh orang banyak Karena mereka berpakaian rapid an bersih dalam mencopet dan bertempat digedung-gedung besar tidak seperti para pencopet yang ada di pasar dan tempat-tempat umum.
Jika kita fahami dan cermati lebih lagi tentang isi dari film ini begitu banyak pelajaran yang harunya bisa diambil bukan diambil oleh para penonton biasa saja namun oleh berbagai pihak yang diangkat dalam film ini seperti satpol PP yang harusnya memberi kebebasan untuk para pedagang asongan toh mereka juga ingin mencari nafkah dengan halal dan tenang tanpa harus dihantui oleh satpol PP yang melakukan razia. Jika mereka kembali lagi menjadi pencopet mereka tidak tenang karena harus berkejar-kejaran dengan polisi. Hal demikianlah yang menjadikan banyaknya criminal, dan pengangguran di Negara kita ini.
Dalam film ini hal yang disoroti adalah kemiskinan yang masih menjadi permasalahan mendasar di negeri ini. Banyak cara dilakukan untuk mengentaskan kemiskinan dan menjadikan masyarakat lepas dari keterpurukan namun masih belum bisa mendapatkan hasil seperti yang diinginkan. Sehingga film ini menjadi gambaran yang nyata tentang indonesia saat ini.

Kritik:
Film ini megisahkan tentang kehidupan anak-anak jalanan yang berprofesi sebagai pencopet. Kehidupan di ibu kota memiliki warna tersendiri dari masyarakat yang tinggal di perumahan hingga perkampungan, profesi mereka pun bermacam-macam. Dari konglomerat, pengusaha, guru, pedagang, pengangguran hingga pencopet. Dari synopsis yang sekilas diatas mengambarkan tentang latar belakang yang mengakibatkan orang bisa menjadi seorang pengusaha atau pencopet yaitu latar belakang pendidikannya.
Isi dari film ini memiliki banyak pesan dan amanat yang berharga untuk di kaji dan dijadikan pelajaran, tetapi ada juga nila-nilai yang seharusnya tidak ditampilkan karena akan dijadikan oleh masyarakat yang tidak bertanggung jawab sebagai suatu yang buruk seperti cara-cara mencopet. Jika masyarakat tidak dengan baik memaknainya bisa-bisa disalah gunakan. Kembali lagi tentang pendidikan bahwa dalam film ini pendidikan menjadi hal yang paling penting dan tidak bisa dipisahkan dari masyarakat, namun secara tidak langsung pendidikan disini dijadikan sebagai alat untuk mendapatkan segalanya.





Teori:
Teori yang sesuai dengan film tentang pendidikan ini adalah teori tentang Pendidikan dari Paulo Freire, menurut Freire pendidikan saat ini meniru gaya Bank. Maksudnya pendidikan dijadikan sebagai tempat simpanan yaitu anak-anak didik menjadi tabungan untuk kehidupan kedepannya. Pendidikan menurut Freire bertujuan untuk memperoleh kebebasan, tetapi realitasnya pendidikan formal menjadikan murid-muridnya sebagai objek dan para gurunya adalah subjek. Sistem pendidikan harusnya mampu menjadi kekuatan penyadar dan pembebas umat manusia. Maksudnya dengan pendidikan harusnya bisa mengentaskan manusia dari berbagai permasalahan hidup seperti kemiskinan. Seperti dalm film Alangkah Lucunya Negeri Ini, dimana Muluk sebagai seorang sarjana harusnya bisa mendapatkan kerja untuk mencukupi tidak hidup tetapi dalam kenyataannya tidak seperti sistem pendidikan yang seharusnya.
Pendidikan bertujuan untuk menggarap realitas sosial, bertumpu diatas prinsip-prinsip aksi reaksia  yang akhinya akan menghasilkan praxis. Praxis itu merupakan kesatuan fungsi yang terdiri dari berpikir, berbicara dan berbuat. Pendidikan akan menghasilkan tiga hal tersebut. Kesatuan inilah yang menjadi kerangka dasar sistem dan metodologi pendidikan Freire.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar