Minggu, 26 Mei 2013

PAPER SOSIOLOGI AGAMA


Nama     : Fitriani Nur Amanah
NIM       : F1A011054
TUGAS SOSIOLOGI AGAMA ANALISIS KASUS
http://www.eramuslim.com  Redaksi – Kamis, 30 Jumadil Awwal 1434 H / 11 April 2013 16:22 WIB. Diakses pada tgl 12 April 2013. 
Din Syamsudin : Kekuatan Modal Berselingkuh dengan Aparat Negara, maka Timbul Banyak Kekerasan di Tanah Air
Desakan untuk membubarkan densus 88 terus mengemuka pasca-beredarnya video kekerasan, yang diduga dilakukan oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 kepada terduga teroris di Poso.
Ketua Presidium Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia (MKRI), Ratna Sarumpaet, menegaskan yang terpenting saat ini bukan hanya membubarkan densus 88, melainkan mencari tahu siapa otak dibalik Densus 88 itu.
“Siapa dibelakang mereka, siapa otak yang menggerakan mereka, itu yang penting,” tegas Ratna dalam acara diskusi “Memberantas Terorisme Tanpa Teror dan Melanggar HAM” di Gedung PP Muhamadiyah, Jakarta, Kamis (11/4/2013).
Dalam diskusi tersebut, Ratna sempat menunjukan sebuah keping video berisi kekerasan yang diduga dilakukan oleh Densus 88. Dia mengaku mendapatkan video tersebut dari Belanda, dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, agar bisa dimengerti oleh masyarakat Indonesia. Video tersebut sudah dia sebar ke sejumlah tempat termasuk pesantren dan gereja-gereja.
Sementara, Ketua PP Muhamadiyah Din Syamsudin mengatakan adanya upaya kekuatan modal berselingkuh dengan aparat negara, sehingga menurutnya tidak heran jika aparat negara sering membela kekerasan-kekerasan yang kerap terjadi di Tanah Air.
Merasa korpsnya dipojokkan oleh isu kekerasan, Kabag Humas Mabes Polri Boy Rafli Amar menegaskan bahwa apa yang dilakukan oleh anggota Densus 88, adalah murni untuk menegakan hukum, bukan atas didasari kebencian terhadap umat agama tertentu.
“Yang dilihat petugas adalah perbuatan yang dilakukan bukan dalam konteks agama. Kalau pelaku melakukan perbuatan melakukan peledakan, membuat bom itu yang kami tindak,” tutur Boy. (Dz/okz)
Pembahasan:
Berita diatas merupakan berita tentang kekerasan yang berhubungan dengan agama, yaitu tentang peristiwa teroris yg terjadi di Poso. Dimana adanya dugaan bahwa yang melakukan tindak kekerasan teroris dan pelanggaran HAM adalah densus 88. Berkaitan erat dengan pengertian dan pemahaman agama sendiri bahwa dalam agama ada pelajaran yang melarang tentang tindak kekerasan baik dalam agama islam maupun agama lain. Karena semua agama memang mengajarkan persatuan dan perdamaian.
Agama memang sekarang tidak sesuai lagi dengan fungsi manifesnya lagi atau fungsi nyata dimana agama sebagai pemersatu umat, tetapi sudah memiliki banyak fungsi laten atau fungsi tersembunyi antara lain sebagai alasan untuk melakukan tindak kekerasan. Beberapa istilah yang perlu kita fahami sebelum mengkaji lebih dalam tentang berita diatas, dilihat dari segi sosiologi agama. Ada konsep tentang agama dan kekerasan, pengertian agama ialah system kepercayaan, system ibadah, system kemasyarakatan dan sumber system nilai. Dimana agama merupakan sesuatu yang diyakini oleh manusia sebagai sesuatu yang suci dan sakral. Dalam suatu agama terdapat nilai-nilai yang harus diamalkan karena dianggap baik dan nilai-nilai yang harus dijauhi karena dianggap tidak baik. Nilai-nilai tersebut dalam agama satu dengan agama lain berbeda-beda.
Sementara pengertian agama secara etimologi adalah peraturan dimana agama berasal dari bahasa sangsekerta yaitu agama terdiri dari ‘a’ yang berarti tidak dan ‘gamma’ yang berarti kacau, digabungkan menjadi tidak kacau.Maksud dari tidak kacau ini bahwa agama ialah system keteraturan. Selain pengertian secara etimologi agama juga memiliki pengertian secara terminology menurut beberapa ahli salah satunya menurut Harun Nasution, agama adalah suatu system kepercayaan dan tingkah laku yang berasal dari suatu kekuatan yang ghaib. Kekuatan ghaib disini berupa kekuatan tuhan.
Menurut Al-Syahrastani, agama adalah kekuatan dan kepatuhan yang terkadang biasa diartikan sebagai pembalasan dan perhitungan (amal perbuatan di akhirat). (M. Ali Yatim Abdullah,2004:5) kepercayaan adanya surga dan neraka.
Menurut Prof. Dr. Bouquet
 mendefinisikan agama adalah hubungan yang tetap antara diri manusia dengan yang bukan manusia yang bersifat suci dan supernatur, dan yang bersifat berbeda  dengan sendirinya dan yang mempunyai kekuasaan absolute yang disebut Tuhan. (Abu Ahmadi,1984:14)
Agama memiliki hubungan erat dengan kepercayaan, ketika membahas agama pasti muncul istilah kepercayaan dimana makhluk beragama pasti percaya dengan agama yang dianutnya.Pengertian kepercayaan disini adalah meyakini sesuatu itu benar, sehingga kepercayaan terhadap agama adalah yakin bahwa agama itu benar adanya.
Pengertian-pengertian diatas adalah pengertian agama secara khusus dalam ruang lingkup keagamaan, selain agama dalam konteks kepercayaan terhadap tuhan kita lebih menitikberatkan pengertian agama secara etimologi yang lebih berhubungan dengan masyarakat dimana agama adalah sebuah system yang keteraturan. Sesuai dengan kajian sosiologi agama yang mempelajri masyarakat agama secara sosiologis guna mencapai keterangan-keterangan ilmiah. Objek kajian sosiologi agama salah satunya adalah mengkaji perubahan-perubahan dalam masyarakat yang disebabkan oleh agama baik yang positif ataupun yang negative, seperti kerukunan antar golongan agama dan konflik-konflik yang terjadi.
Konsep selanjutnya yaitu kekerasan, pengertian kekerasan adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang merasa memiliki kekuatan terhadap individu atau kelompok lain yang tidak memiliki kekuatan. Menurut Wignyosoebroto (1997) pengertian kekerasan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sejumlah orang yang berposisi kuat (atau yang tengah merasa kuat) terhadap seseorang atau sejumlah orang yang berposisi lebih lemah (atau yang tengah dipandang berada dalam keadaan lebih lemah), berdasarkan kekuatan fisiknya yang superior, dengan kesenjangan untuk dapat ditimbulkannya rasa derita di pihak yang tengah menjadi objek kekerasan itu. Namun, tak jarang pula tindak kekerasan ini terjadi sebagai bagian dari  tindakan manusia untuk tak lain dari pada melampiaskan rasa amarah yang sudah tak tertahan lagi olehnya.
Menurut Santoso (2002 : 24) kekerasan juga bisa diartikan dengan serangan memukul (assault and battery) merupakan kategori hukum yang mengacu padat indakan illegal yang melibatkan  ancaman dan aplikasi actual kekuatan fisik kepada orang lain. Serangan dengan memukul dan pembunuhan secara resmi dipandang sebagai tindakan individu meskipun tindakan tersebut dipengaruhi oleh tindakan kolektif.
Pengertian kekerasan yang disebutkan diatas mewakili tindakan terorisme yang marak terjadi.  Kekuatan merupakan salah satu unsur dalam kekerasan, wacana dalam berita online diatas Din Syamsuddin mengatatakan bahwa adanya upaya kekuatan modal berselingkuh dengan aparat negara, sehingga menurutnya tidak heran jika aparat negara sering membela kekerasan-kekerasan yang kerap terjadi di Tanah Air. Maksudnya, saat ada pihak-pihak yang ingin mengungkap permasalahan yang ada sekarang ini seperti permasalahan tentang siapa yang sebenarnya melakukan tindak kekrasan teroris yang diduga pelakunya adalah densus 88. Ada pihak yang menutup-nutupi masalah ini, pihak aparat negara mengatakan bahwa pasukannya melakukan tindak kekerasan semata hanya ingin menegakkan hukum bukan atas kebencian terhadap umat agama tertentu. Jika memang ada pihak-pihak yang memiliki kepentingan tertentu maka jelas bahwa ada aparat egara yang memang memberi kekuatan sehingga permasalahan yang berhubungan dengan agama dan negara ini tidak kunjung usai.
Agama sekarang ini bukan sekedar system kepercayaan, namun sudah dijadikan sebagai pintu untuk masuk kedalam dunia politik. Memang kedua hal tersebut sangat erat hubungannya dengan masyarakat, sehingga agama disini memiliki posisi sebagai tempat pelarian. Sesuai dengan teori Karl Marx bahwa agama itu candu. Contohnya dalam proses pemilu ada yang namanya masa kampanye, saat itulah para calon gencar menebar janji kepada masyarakat dalam janji-janji mereka, ada unsur-unsur yang membawa nama agama-agama tertentu. Karena masyarakat memang cenderung condong kepada para pemimpin yang bisa dikatakan agamis. Hal ini pula yang terkadang menimbulkan konflik-konflik dalam pemerintahan yang akhirnya agama menjadi latar belakangnya.
Kekerasan yang terjadi di Indonesia saat ini memang sudah tidak di hiraukan lagi oleh aparat negara karena ada dugaan bahwa tindak kekerasan yang terjadi belakangan ini aparat negara memiliki peran penting didalamnya. Sehingga upaya untuk memeberantas kekerasan yang terjadi jika dilakukan oleh pihak-pihak tertentu saja tanpa adanya campur tangan aparat akan sia-sia. Hal demikian ini berhubungan dengan moral individu-individu yang ada dalam aparat negara, sudah tidak dihiraukan lagi padahal moral individu pastinya akan dikaitkan dengan agama individu tersebut, jika moral individu baik maka akan mencerminkan bahwa agamanya baik pula dan sebaliknya jika moralnya buruk maka agamnya buruk.
Tentang moral individu ini bisa dikaitan dengan isi dari The Elementary Form Of The Religious Life milik Emile Durkheim dimana agama sebagai bentuk moral order – social conciousness. Moralitas disini memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Kesimpulannya bahwa agama dan masyarakat tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling memiliki keterkaitan, seperti teori-teori tentang sosiologi agama bahwa agama diciptakan oleh masyarakat sehingga tanpa adanya masyarakat maka agama tidak ada, adapula teori yang mengatakan bahwa agama merupakan kebutuhan dari masyarakat. Sesuai fungsi agama dalam masyarakat yaitu menyangkut tiga aspek sistem sosial, kebudayaan dan kepribadian. Ketiga komponen ini merupakan kompleks fenomena sosial terpadu yang dapat diamati dalam perilaku manusia.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar