Nama :FitrianiNurAmanah
NIM : F1A011054
Teori Interaksionisme Simbolik
Teori interaksionisme simbolik merupakan teori dalam sosiologi modern George Herbert Mead tetapi yang memberi nama adalah Herbert Blumer yang merupakan salah satu murid Mead. Pemahaman dasar tentang teori interaksionisme simbolik ini adalah suatu proses interaksi antar individu satu dengan individu lainnya yang menggunakan simbol-simbol. Interaksionisme simbolik erat kaitannya dengan konsep “diri”, dimana apa yang di internalisasikan atau dengan mengunakan bahasa yang mudah difahami adalah ditafsirkan atau diterima oleh individu berasal dari individu lainnya.
Interaksionisme simbolik yang terjadi di masyarakat bukan hanya sebuah interaksi yang memiliki makna dalam keseharian saja tetapi juga bisa memiliki berbagai makna yang sebelumnya belum pernah ditemukan bahkan dilakukan oleh tokoh-tokoh yang mencetuskan teori ini. Interaksionisme simbolik terkadang bisa memiliki makna yang berbeda-beda antara satu penafsir dengan penafsir lain. Teori ini pun bisa digunakan untuk mengungkapkan berbagai kegelisahan maupun kepuasan tersendiri.
Dalam masyarakat modern interaksionisme simbolik tidak hanya sebatas interaksi dengan simbol-simbol yang sudah ada dari zaman-zaman dahulu tetapi juga menggunakan simbol-simbol baru yang merupakan penemuan pada era modern yang disepakati oleh masyarakat luas, maupun yang disepakati oleh beberapa pihak saja.
Pengertian tentang interaksionisme adalah hubungan antara satu individu dengan individu lain, atau suatu proses berkomunikasi. Makna simbolik adalah objek sosial yang digunakan untuk merepresentasi atau menafsirkan tentang sesuatu yang telah disepakati oleh semua orang. Simbol bisa berupa kata-kata, tindakan, benda dll.
Individu dalam proses interaksi berperan sebagai aktor yang bebas dalam artian bebas mengontrol tindakan dan perilakunya. Sementara penafsiran atau pemaknaan akan tindakan dan perilaku tersebut akan dinilai secara sosial. Seperti yang dimaksudkan Mary Jo Deegan (dalam Reader TeoriSosiologi Modern).
Sebelum jauh masuk kedalam konsep-konsep yang ada dalam teori interaksionisme simbolik kita perlu memahami akar historis munculnya teori interaksionisme simbolik. Akar historis interaksionisme simbolik ada dua yaitu pragmatism dan behaviorisme. Pragmatisme menekankan pada realitas atau kenyataan yang ada didunia nyata, jika ingin memahami actor maka perlu adanya tindakan-tindakan yang sungguh-sungguh dilakukan.
Behaviorisme adalah akar historis interaksionisme simbolik yang dibagi menjadi dua milik John B Watson dan Mead, yaitu behaviorisme radikal dan behaviorisme sosial. Menurut behaviorisme radikal Watson, manusia sama dengan binatang keduanya tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Behaviorisme radikal ini menjelaskan ketika manusia mendapatkan stimulus atau rangsangan akan langsung ditanggapi tanpa adanya jeda, seperti yang dilakukan oleh hewan. Sementara behaviorisme sosial Mead, manusia jauh berbeda dengan binatang karena ketika manusia menerima stimulus atau mendapatkan rangsangan ada jeda terlebih dahulu sebelum menanggapi stimulus tersebut.
Beberapa konsep yang berhubungan dengan interaksionisme simbolik yaitu, diri “self”, simbol, komunikasi, pikiran, dan perkembangan “diri”. Mulai dengan konsep diri, diri merupakan salah satu focus pemikiran dari Mead yaitu individu yang berusaha melepaskan atribut yang bukan miliknya sehingga memiliki ciri tersendiri (dalam: Ritzer, 2011 : 385). Diri ini muncul dari adanya aktivitas dan hubungan sosial, maksudnya ketika individu berhubungan dengan kehidupan sosial yang ada dilingkungannnya konsep diri yang dimiliki oleh individu tersebut akan terlihat oleh individu lainnya. Diri dalam interaksionisme simbolik bersifat dinamis atau berubah-ubah karena diri mampu memaknai situasi atau keadaan yang dialami oleh individu tanpa adanya kontrol dari pihak luar.
Simbol, seperti yang tertulis diatas merupakan objek sosial yang digunakan untuk merepresentasi atau menafsirkan tentang sesuatu yang telah disepakati oleh semua orang. Simbol bisa berupa kata-kata, tindakan, benda dll. Simbol dan tanda merupakan dua konsep yang berbeda. Simbol itu digunakan untuk mempresentasikan sesuatu sementara tanda digunakan untuk mempresentasikan dirinya sendiri. Contoh dari symbol yaitu ketika seseorang mengunakan mobil yang bermerek seperti mobil Toyota Yaris dia ingin menunjukkan gaya hidupnya bahwa ia adalah orang yang kaya dan hidupnya mewah. Contoh dari tanda yaitu buku memiliki makna buku itu sendiri tidak mempresentasikan sesuatu yang lainnya.
Simbol dibagi menjadi dua yaitu simbol yang signifikan dan non signifikan, suatu symbol bisa disebut signifikan atau memiliki makna bila symbol tersebut dapat membuat individu yang menerima symbol memaknainya sama dengan yang menyampaikannya. Contohnya ketika salah satu individu mengucapkan kata petir maka individu yang menerimanya juga akan memiliki makna yang sama bahwa petir, yang merupakan bagian dari hujan, makna inilah yang juga diharapkan oleh individu yang menyampaikan kata tersebut. Simbol yang paling signifikan yang digunakan oleh masyarakat adalah bahasa.
Selain symbol signifikan ada juga simbol yang non sigifikan, pengertiannya adalah kebalikan dari symbol signifikan dimana makna yang ingin disampaikan oleh individu yang menyampaikan tidak sama dengan makna yang ditangkap oleh individu yang menerimanya. Contohnya adalah gesture atau gerak tubuh, ketika seseorang mengelengkan kepala makna yang ingin disampaikan oleh pelaku belum tentu sama dengan orang lain yang melihatnya.
Konsep selanjutnya adalah komunikasi, konsep pertama yang disebutkan diatas adalah tentang diri dimana diri memiliki hubungan dengan komunikasi karena tanpa adanya komunikasi diri tidak akan muncul. Selain itu komunikasi ini juga tidak akan bisa terlepas dengan simbol. Menurut Mead berkomunikasi dalam arti yang sesungguhnya adalah jika menggunakan smbol-simbol yang memiliki makna. Dalam berkomunikasi tidak hanya menggunakan proses verbal yang berupa bahasa dengan kata-kata saja, namun ada proses non verbal seperti isyarat, ekspresi wajah, kontak mata, pakaian, gerak tubuh dll. Tetapi proses non verbal ini biasanya tidak signifikan karena memiliki makna yang berbeda-beda.
Pembahasan tentang konsep-konsep yang ada dalam interaksionisme simbolik selanjutnya adalah tentang pikiran. Konsep pikiran muncul ketika masyarakat atau individu melakukan interaksi, dalam proses tersebut ada proses pemaknaan atau penafsiran dari unsur-unsur interaksi. Proses tersebutlah yang dinamakan proses berpikir. Mead mendefinisikan berpikir (thinking) sebagai “suatu percakapan terinternalisasikan atau implicit antara individu dengan dirinya sendirinya dengan menggunakan isyarat-isyarat demikian”. (dalam Reader TSM). Maksudnya adalah proses untuk menentukan makna dari stimulus yang didapatkan.
Menurut teori interaksionisme simbolik masyarakat ada setelah adanya pikiran, dapat disimpulkan bahwa pikiran adalah bagian dari proses sosial. Pikiran ini menjadi cerminan atas diri kepada diri sendiri dan kepada orang lain. Fungsi dari pikiran adalah untuk memecahkan masalah-masalah yang sedang dialami oleh manusia agar hidup di dunia lebih mudah dan efektif.
Konsep berikutnya adalah perkembangan “diri”, konsep ini sejalan dengan sosialisasi yang dialami oleh masing-masing individu. Perkemabangan diri individu satu dengan individu lain dapat berbede-beda Karen proses sosialisasi yang dialami masing-masing individu berbeda. Mead menganggap bahwa tubuh manusia belum menjadi diri ketika pikirannya belum berkembang. Untuk menjelaskan rangkaian proses hingga keperkembangan diri dapat dibuat sebuah rangkaian proses seperti ini. Berawal dari proses social muncullah proses komunikasi lalu adanya interaksi simbolik, dari interaksi simbolik ini ada perkembangan diri.
Dalam perkembangan diri ini ada beberapa tahap yaitu tahap bermain (play stage), pada tahapan ini seorang individu yang belum tau apa-apa yaitu anak mereka meniru berbagai peran tanpa memahami fungsi-fung I peran tersebut. Contohnya seperti menjadi seorang ayah dan ibu. Tahap berikutnya adalah tahap permainan (game stage), dimana pada tahap ini anak sudah memahami peran apa yang harusnya ia jalankan dan mengerti peran orang lain. Dan tahap terakhir adalah tahap pengambilan peran (role taking), dimana pada tahap ini anak tidak hanya mengerti peran orang lain tetapi dapat menjalankannya.
Dari pembahasan tentang interaksionisme simbolik diatas dapat disimpulkan bahwa teori interaksionisme simbolik tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya beberapa konsep seperti konsep “self”, simbol, komunikasi, pikiran, danperkembangan “diri”. Sebuah simbol yang telah disepakati baik oleh seluruh lapisan masyarakat ataupun hanya beberapa pihak tertentu selama simbol itu memiliki makna bisa digunakan dalam interaksionisme simbolik.
Contoh kasusnya seperti aksi bunuh diri yang terjadi beberapa waktu lalu di depan Istana Negara, merupakan interaksionisme simbolik yang digunakan untuk berinteraksi dengan pemerintah dalm menyampaikan kekecewaannya. Simbol yang digunakan berupa bunuh diri tersebut merupakan simbol yang tidak disepakati oleh seluruh masyarakat namun hanya pihak-pihak tertentu bahkan mungkin hanya pelaku saja yang memahami makna simbol tersebut.
Contoh kasus lain yaitu aksi mahasiswa demo juga termasuk, karena mereka ingin mengungkapkan pendapatnya dengan interaksi simbolik yang berupa membawa spanduk-spanduk, berteriak dan aksi-aksi lainnya. Sehingga pihak yang bersangkutan memahami maksud simbol yang disampaikan. Adapula aksi bakar diri yang terjadi di bundaran Hotel Indonesia, simbol bakar diri ini mempunyai makna tertentu yang ingin disampaikan pada penerima simbol tersebut.
Daftar Pustaka
Ritzer, George & Douglas J. Goodman. 2004. Sociological Theory (terjemah: TeoriSosiologi: Dari TeoriSosiologiKlasikSampaiPerkembanganMutakhirTeoriPotmodern, cetakanketujuhDesember 2011). KreasiWacana Yogyakarta: Yogyakarta.
Reader :BahanBacaanTeoriSosiologi Modern, kerjasama Lab. Sosiologidengan Program Teaching Grant Due-Like.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar